Selasa, 3 Ogos 2010

MARHABAN YA RAMADHAN AL-MUBARAK…

Terkedu sebentar mendengarkan ceramah yang telah disampaikan oleh Dr. Berhanundin atau dengan namanya glamournya Ustaz Bob bersempena dengan program Di Ambang Ramadhan yang di anjurkan oleh Persatuan Mahasiswa Dakwah UniSZA bertempat di Blok Othman 01.

“Ramai dikalangan kita pada hari ini tahu dan sedar bila datangnya Ramadhan umat islam diwajibkan berpuasa, namun berapa ramai yang mengambil tahu tentang untuk apa dan sebab apa kita berpuasa?”

Anda tahu jawapannya?

Sekiranya Ya! Sampaikanlah kepada sahabat2 yang lain

Sekiranya tidak, rasanya anda tahu dan sedar apa yang perlu dilakukan…

Semuanya bertitik tolak dari kesedaran kita terhadap tanggungjawab ‘Ubudiyyah’ kita kepada Allah s.w.t…

Teruskan Bersama menghidupkan suasana menyambut kedatangan bulan Ramadhan al-Mubarak..


Khutbah Nabi Muhammad SAW Menyambut Ramadhan

Pada penghujung bulan Sya’ban, Nabi Muhammad SAW mengumpulkan para sahabat beliau, kemudian beliau berkhutbah di hadapan mereka tentang bulan Ramadhan yang akan datang untuk memberi motivasi kepada mereka untuk menyambut Ramadhan dengan kegembiraan dan suka cita, kerana sesungguhnya Ramadhan adalah hadiah istimewa dari Allah SWT kepada kita umat Nabi Muhammad SAW.

Beliau bersabda, ” Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan ALLAH dengan membawa berkat rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi ALLAH. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Memohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal bagi kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu kerana itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai kerana amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah! Allah SWT bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbul-alamin. Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi makanan untuk berbuka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. Sahabat-sahabat Rasulullah bertanya: “Ya Rasulullah Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan: Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berjaya melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa melakukan shalat sunat dibulan ini, ALLAH akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Syaitan-syaitan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi: Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama dibulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”. “Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, iaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu (sunat)’.”

“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.” “Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya syurga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan (syahrul muwasah) dan bulan Allah memberikan rezeki kepada mukminin didalamnya.”

“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.” Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah SAW, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.” “Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barang siapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) nescaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”

“Oleh karena itu perbanyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keredhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.” “Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (syahadahmu) dan mohon ampun kepada-Nya (istighfar) . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon syurga dan perlindungan dari neraka.”

“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, nescaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku (Telaga Haudh) dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu KHuzaimah).

al-faqir Ilallah,

Ibnu Jamal as-Sabahi.

Ahad, 18 April 2010

Jangan baca! Sekadar ingin melepaskan kekangan yang ada diminda…

SEKILAS DOA

Tidak tahu sebab apa yang mendorong untuk diri ini membekukan cuti dari dunia blogger ini bersempena dengan final exam. Namun diri tidak mampu untuk menenangkan badai yang sedang menghempap sejak akhir-akhir ini akibat dari beberapa persoalan yang menyerang minda walau telah cuba dibuang jauh untuk menghadapi keutamaan yang perlu diutamakan, ia tetap tidak ingin pergi. Lantas aku cuba menyelidiki dan memahami apa sebenarnya yang sedang berlaku? Dengan sedikit pembacaan dan pencarian ku rasakan seolah-olah menemui jawapannya namun badai tetap belum tenang… Mungkin Allah jualah kemuncak ketenangan itu…


FENOMENA ISTI’JAL SANG DAIE…


Apabila keinginan untuk merubah realiti penghidupan masa kini dalam sekelip mata atau kurang dari sekelip mata tanpa menilai kesan buruk yang akan berlaku disamping itu tidak memahami suasana persekitaran yang melingkunginya. Ia juga tidak menyediakan sebarang persiapan awal atau pendekatan yang sesuai.

Di dalam dunia da’wah dan perjuangan, istilah isti’jal berarti: keinginan untuk segera merasakan dan memetik hasil dakwah dan perjuangan. Kerana keinginannya itu lalu seseorang megambil langkah-langkah dakwah tanpa memikirkan kondisi real yang ada dan tanpa mempertimbangkan akibat-akibat yang akan terjadi. Juga tanpa memikirkan apakah cara yang digunakan sesuai dengan kaedah dan tuntunan syari’at atau tidak.


MANUSIA DICIPTAKAN BERSIFAT TERBURU-BURU :

خلق الإنسان من عجل
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa…” (al-Anbiya’ : 37)

Dalam kitab tafsir al-munir menjelaskan perihal kalimah “عجل ” yang terdapat dalam ayat di atas adalah merujuk kepada manusia itu sendiri yang seringkali tergesa-gesa dalam hal ehwal diri mereka. Dan antara yang dinyatakan adalah tergesa-gesa ke arah keingkaran atau kekufuran.

Ayat ini diturunkan ke atas an-Nadhr bin al-Harith ketika mana ia berkata (mewakili golongan musyrik) :

“ Ya Allah, jika al-Quran ini benar wahyu daripada Engkau, maka hujanilah kami dengan batu daripada langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (al-Anfaal : 32) – (Tafsir al-Munir, jil. 9, m/s 58)

Keadaan manusia ini juga ada dijelaskan oleh Allah s.w.t. dalam ayat yang lain.

Maksud firman Allah :

“dan kalau Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pasti diakhiri umur mereka…” (Yunus :11)

Maksud firman Allah lagi :

“dan manusia seringkali berdoa untuk kejahatan sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa.” (al-Isra’ 11)

Ayat-ayat tersebut memberi gambaran bahawa sekiranya Allah menyegerakan qabul doa manusia semasa mereka berada dalam keadaan marah, supaya ditimpa ke atas diri mereka, anak-anak, keluarga, sahabat-sahabat serta saudara-saudara mereka dengan keburukan (azab) seperti mana mereka memohon disegerakan kebaikan ke atas diri mereka nescaya Allah akan habiskan ajal mereka semua.

Adakalanya kita melihat realiti sesetengah sang daie telah terjangkit dengan virus wabak ini samada dia menyedari ataupun tidak. Hal ini melibatkan banyak faktor yang mungkin boleh kita selidiki dan cuba hayati bersama. Diantara bentuk-bentuk isti’jal yang sering muncul ke permukaan da’wah adalah ingin melahirkan anggota sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan aspek kualiti. Lalu untuk mendapatkan anggota jama’ah yang banyak ia menggunakan segala cara, tanpa mempedulikan bahawa cara yang dilakukan itu menyimpang dari ajaran agama.


GEJALA ISTI’JAL

Secara umumnya, isti’jal mempunyai rupa bentuk dan wajah yang bermacam-macam di antaranya :

1. Mereka yang dilibatkan dengan gerakan dakwah sebelum sampai tahap wajar dan sebelum dikenalpasti tahap keilmuan,kemampuan dan persediaan mereka. Amal menegakkan Islam tidak boleh dibuat secara borong. Perlu kepada penelitian dan memastikan hanya anasir soleh yang boleh ditarbiah sahaja dibawa bersama. Juga kena ambil kira kekuatan untuk mendidik anasir yang telah dipilih tadi. Jangan sampai kita terpedaya dengan bilangan pengikut yang ramai, tapi mereka tidak boleh menghayati perjuangan Islam yang sebenarnya.

2. Memartabatkan sesetengah pendakwah ke tahap yang tinggi sebelum mereka matang dan stabil persediaannya. Dengan alasan supaya orang tadi cepat meningkat, lebih faham dan produktif untuk dakwah dan jamaah. Sebenarnya ini satu kezaliman, kerana meletakkan seseorang bukan pada tempatnya dan dalam keadaan dia belum bersedia lagi.

3. Melakukan tindak-tanduk liar walaupun kecil yang tidak berfaedah dan boleh merosakkan dakwah. Perkara ini biasa berlaku kepada orang yang tiada atau kurang menjaga disiplin amal jamaie atau memang tidak boleh didisiplinkan. Lebih malang lagi apabila tindakan yang dibuatnya mendatangkan mudharat kepada dakwah dan memundurkannya ke belakang.


KESAN ISTI’JAL


Kesan daripada gejala-gejala tersebut sedikit sebanyak bakal meninggalkan kesan atau memberi impak yang negatif dalam gerakan dakwah…

1. Al-futur bermaksud kembali lemah selepas aktif! Boleh jadi seseorang itu asalnya amat aktif dalam amal dan dakwah tetapi sekarang dah malas dan melengah-lengahkan amal, tak aktif lagi. Juga boleh jadi lebih teruk dari itu, langsung berhenti dari amal dan dakwah. Akibat daripada tindakannya sendiri apabila tidak mendapat sambutan dan tidak melihat hasil daripada usahanya berpenat lelah untuk dakwah.

2. Terkorban bukan melalui cara yang mulia bahkan tanpa memperolehi sebarang hasil dan yang berlaku sebaliknya dengan timbul pelbagai fitnah dan tohmahan yang akhirnya memberi kesan kepada gerak kerja dakwah. Dan adakalanya mengakibatkan gerakan dakwah terpaksa mundur ke belakang akibat tindakan si musta’jil. Boleh ikuti kisah seorang pemuda ikhwan bernama Ahmad Rif’at dalam buku “Wabak Sepanjang Jalan” oleh Dr. al-Syed Muhammad Noh dalam Bab Isti’jal.


SEBAB-SEBAB WUJUDNYA FENOMENA INI :

1. Dorongan hawa nafsu dan semangat yang tidak dikawal. Iman kita naik dan turun. Masa iman naik, seseorang itu akan bersemangat untuk beramal dan mencegah kemungkaran. Tapi jika tidak dikawal dan terburu-buru, pastinya musibah yang menimpa.

2. Kurang merujuk atau salah faham terhadap sirah nabawiyah, sunnah Allah dan perjalanan dakwah para dua’t. Sunnah Allah terhadap alam; Allah sendiri menegaskan bahawa alam ini dicipta dalam masa enam hari. Bukan dengan sekelip mata, biarpun Allah mampu dengan kun fayakun. Sunnah Allah dalam pensyariatan; Arak diharamkan secara berperingkat. Bukan sekali gus. Para qudama’ (veteran) dalam amal dakwah pun mengambil masa yang lama, keluar masuk penjara, tapi tetap thabat sampai akhir hayat kerana memahami bahaya isti’jal. Maka pengalaman orang lain dan jamaah lain perlu diambil kira supaya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Semangat golongan muda perlu diimbangi dengan hikmah para qudama’.

3. Tidak tahan dengan cabaran dan beban dakwah, juga mahukan hasil yang cepat. Perlu ingat, kita tidak dipertanggung jawabkan kepada hasil atau natijah. Tapi kita akan disoal terhadap apa yang telah kita lakukan untuk menegakkan kalimah Allah. Kita mesti berusaha, kemudian serahkan kepada Allah. Mengapa nabi tidak berdoa sahaja ketika diminta oleh Khabbab? Sedangkan doa baginda mustajab. Jawapannya, nabi nak ajar kita bahawa kemenangan Agama ini perlu dengan tangan manusia sendiri, bukan dengan Kun Fayakun!


KONKLUSI

Munculnya persoalan isti’jal ini secara hakikatnya hanya berkisar pada keikhlasan dan keilmuan. Keikhlasan yang benar akan melahirkan kesabaran, sabar untuk senantiasa terikat dengan manhaj Rasulullah saw dan para pewarisnya (ulama’). Sebaliknya tanpa adanya keikhlasan akan memunculkan berbagai penyimpangan dari ketentuan syara’. Maka untuk mengatasi persoalan ini, seorang pejuang dakwah harus selalu menyempurnakan moral spiritualnya.

Untuk mengubati atau mengatasi isti’jal yang disebabkan oleh faktor keilmuan, maka setiap pejuang hendaklah membekali diri dengan berbagai ilmu syar’i. Ia harus memahami beberapa persoalan tentang islam dan da’wah Islam.

Langkah praktik yang dapat ditempuh untuk mengubati penyakit isti’jal itu di antaranya adalah dengan senantiasa mengkaji al-Qur’an dan hadith nabi saw, mempelajari sirah nabi dan sejarah kehidupan para ulama’ yang shalih, memperbanyak ibadah untuk mematangkan emosional dan moralnya, dekat kepada ulama’ yang ikhlas..

Pesanan Hasan Al-Banna

Sebagai pemimpin kepada gerakan Islam masa kini yang menjadi rujukan pelbagai pihak, mari kita telusuri kata-kata Hasan Al-Banna ini;

“Wahai kaum muslimin, khasnya yang bersemangat dan tergesa-gesa! … Sesungguhnya jalan dakwah kamu ini, langkah-langkahnya telah disusun, sempadannya telah ditentukan, aku tidak akan menyanggahi sempadan yang aku amat yakin sebagai lebih selamat untuk sampai kepada matlamat. Memang jalannya panjang, tapi tiada jalan lain selain daripadanya… Siapa dari kalangan kamu hendak memetik buah sebelum masaknya… aku tidak bersamanya. Lebih baik dia mencari jalan dakwah yang lain. Siapa yang bersabar dengan aku sehingga benihnya bercambah, pokoknya tumbuh dan buahnya elok sampai masa untuk dipetik, maka ganjarannya di sisi Allah, kita sama-sama akan mengecapai ganjaran para muhsinin: sama ada mendapat kemenangan atau kepiminan, dan sama ada mendapat syahadah atau sa’adah.”

p/s :- Diri ini rasa terpanggil untuk membuat sedikit pembacaan mengenai perkara ni kerana ada seorang hamba Allah yang pada hemat saya telah terjerumus kepada gejala isti'jal samada dalam keadaan sedar atau tidak..Entah apa yang diinginkan saya rasa saya pun xtahu tetapi orang kata tindakannya memang tidak menunjukkan teladan yang dituntut pada setiap orang yang sedar dirinya seorang pejuang Islam (baru masuk dah nak buat macam-macam hal, kalut apa ntah)..Semoga Allah mengampunkan dosanya dan memberi pengajaran yang sesuai agar dia tidak menjadi fitnah kepada perjuangan yang suci..Wallahua'lam

p/s- kalau ada pembaca yg mencadangkan agar saya menasihati dia saya terima nasihat anda, tapi rasanya ianya suatu yang sukar untuk dilafazkan di sini kerana rasanya dia memerlukan orang lain. Saya tahu telah ada yang cuba menegur bahkan memperbetulkan, tapi melihat kepada pendekatan seolah-olah mengkritik atau bahasa kasarnya pancung tanpa senjata dan hujah/alasan yang kurang jelas bakal menjurus ke arah menjadikannya ‘down’ atau pun patah hati dengan orang yang sepatutnya diberi kepercayaan. (mudah-mudahan dia bukan insan jenis itu).

Ya Allah, ampunkan dosa kami, dan tunjukkan kami jalan yang Engkau redhai…

Kurniakan kami keikhlasan dalam beramal, kefaqihan dalam tindakan…

Engkaulah sumber segala-segalanya bagi kami…

Hamba Allah,
Al-Faqir wa al-Haqir Ilallah, Yahtaaju ila Rabbihi al-Kabir…


Rujukan :


Al-Quran al-Karim
Tafsir al-Munir. Dr. Wahbah az-Zuhayli, Dar al-Fikr, Dimasyq.
Wabak sepanjang jalan, Dr. al-Syed Muhammad Noh, Terbitan Dewan Ulamak PAS Pusat.
http://ouisqarnie.blogspot.com/2009/05/akudia-dan-istijal-tergesa-gesakalut.html
http://abahzacky.wordpress.com/2008/12/25/istijal-dalam-berdawah/
http://beranda.blogsome.com/2007/07/02/istijal/
http://rijalunsodaqu.wordpress.com/2010/02/07/istijal/


Jumaat, 22 Januari 2010

PESANAN UNTUKMU GENERASI MUDA ISLAM

Siapakah orang Muslim itu?

Insan yang tercermin dalam dirinya Islam sebagai agama dan cara hidupnya dari sudut aqidah, ibadah dan akhlaknya menepati tuntutan Islam dalam segenap aspek kehidupannya.

Generasi Muda peringkat kekuatan

Merupakan generasi pertengahan umur manusia yang mencerminkan peringkat kemampuan dan kekuatan yang hangat laksana matahari yang berada dipertengahan langit pastinya sinarnya lebih kuat dan lebih panas dari sebelum dan selepasnya.

Generasi Muda pembawa risalah-risalah

Allah menceritakan kepada kita di dalam kitab-Nya al-Quran :

“Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka…” (Yunus : 83)

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk”(al-Kahfi : 13)

“Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim ". (al-Anbiya’ : 60)

Teladan-teladan hebat buat generasi muda

Ismail ‘alaihi salam & peristiwa sembelihan :


“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (as-Shaaffaat : 102)

Yusuf ‘alaihi Salam dan dugaan syahwat:

i. Ketaqwaan kepada Allah mampu mengusir syahwat

“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (Yusuf : 23)

ii. Tidak mudah terpengaruh dengan rayuan, ajakan dan ancaman.

“Wanita itu berkata: "Itulah dia orang yang kamu cela Aku Kerana (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina."

“Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." ( Yusuf : 32-33 )


Nabi s.a.w. mengajarkan kepada kita agar mengatakan :

“Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan musibah kami dalam agama kami, janganlah Engkau menjadikan dunia sebagai kepentingan kami yang lebih besar dan tumpuan ilmu kami”

(HR. Tarmidzi & Hakim dari Ibnu ‘Umar) – Sohih Jami’ al-Shoghir.

Sebenarnya, ada banyak lagi teladan-teladan yang dapat dimanfaatkan oleh generasi muda pada hari ini. Namun apa yang menjadi realiti, kita sendiri mampu melihat, mentafsir dan menilai jika kita menyedari yang demikian itulah yang seringkali Allah peringatkan dengan suruhan agar kita berfikir, mentadabbur dan seterusnya beramal.

Demikianlah, mereka ini teladan generasi Muda buat generasi kita… bagaimana dengan kita untuk generasi akan datang?

Persoalan yang sama-sama kita fikir-fikir dan renungkan jika kita masih tergolong dalam golongan yang mengaku beriman… (Insya Allah, Aameen…)

Teringat suatu ketika, tatkala sang Pujangga Islam Abdullah Ibn Rawahah r.a dengan kesedaran Iman yang tinggi sambil membimbing tangan Abu Darda’ r.a dan berkata :

“Marilah beriman sesaat”

Izin saya untuk mengajak sahabat dan sahabiah dengan mengulangi lafaz yang sama “marilah beriman sesaat” walaupun antara kita dan mereka punya jurang yang cukup dalam dari sudut kesedaran iman… moga sama-sama beroleh manfaat…


EMPAT KEWAJIPAN GENERASI MUDA ISLAM


a) Memahami Islam secara sahih


Jika zaman lampau manusia ingin menambahkan sesuatu ke atas Islam dalam aqidah-aqidah dan mu’amalat-mu’amalatnya. Maka di zaman ini, manusia hendak mengurangkan Islam dan mengeluarkan daripada Islam banyak perkara yang termasuk dari pengajaran dan hukum-hakamnya. Mereka ingin Islam tanpa jihad, islam tanpa sempadan atau batasan, tidak perlu rejam orang yang berzina atau menyebat peminum arak dan sebagainya.


Menjadi peranan buat generasi muda pada hari ini untuk meletakkan perkara-perkara tersebut pada tempatnya masing-masing, mendahulukan perkara-perkara yang berhak di dahulukan, dan mengakhirkan perkara yang berhak di akhirkan kerana ajaran Islam tidak berada pada satu darjat.


Di sana terdapat perkara-perkara berikut :


- Aqidah iaitu asas-asas Islam

- Fardhu-fardhu yang menempatkan rukun Islam

- Kewajipan-kewajipan fardhu ain dan kifayah

- Perkara dan amalan sunat

- Syirik dan pembahagiannya

- Kedudukan dosa kecil dan dosa besar DLL.

Oleh itu, wajib mendahulukan perkara-perkara yang lebih utama dan pokok dalam agama.

- Mengasaskan aqidah-aqidah

- Menegakkan fardhu-fardhu tidak boleh diremehkan

- Dosa-dosa besar wajib dicegah dengan segenap kemampuan

- Mempelajari dan memahami agama agar mengetahui peringkat-peringkat pengajaran Islam bagi diri dan orang lain.

- Memahami dan peka dengan situasi dan posisi masing-masing.

Justeru, seharusnya kita mengetahui baik dalam memahami Islam hendaklah mengambil Islam dari sumbernya yang murni iaitu al-Quran dan as-Sunnah. Tidak diragukan lagi terdapat banyak perkara-perkara yang merosakkan kebudayaan Islam seperti Israiliyyat, riwayat-riwayat hadith Dhoif, hadith-hadith palsu, sikap Guluw dan penyelewengan akal fikiran yang datang akibat percampuran kaum muslimin dengan lainnya dari agama, kepercayaan, bangsa-bangsa serta tabiat manusia.

Maka, setiap orang yang mengikut Rasulullah s.a.w. adalah khalifah baginya, dia menyeru kepada Allah atas bukti yang nyata dan cahaya yang terang benderang. Dari sini kita wajib mengetahui Islam sehingga mampu menjawab segala kesyubhatan yang wujud. Bermula untuk diri, orang lain seterusnya menjawab segala kesyubhatan.

Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud :

“Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (Muhammad : 14)

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.(az-Zumar : 22)

“…cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (an-Nuur : 35)


Persoalan yang perlu dijawab!

Cukupkah sekadar memahami, mempelajari dan mengetahui kemudian berakhir segala sesuatu?

Adakah Islam mahukan kita menjadi seorang filosof sahaja, dan semua hubungan kita dengannya hanya semata-mata dengan makrifah dan akal fikiran?

Jawapannya : tidak!


b) Beramal dengan Islam


Sesungguhnya Islam itu bukanlah semata-mata ilmu pengetahuan, perkataan dan perdebatan. Ketahuilah! Ia mahukan makrifah yang berhubung dengan hati, yang menggerakkan hati dan iradat yang dikatakan Allah s.w.t. pada pemiliknya :


“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama’(orang-orang yang berilmu)…” (Fathir : 28)


Nabi s.a.w. sendiri memohon perlindungan dari ilmu yang tidak mendatangkan faedah kepada pemiliknya dalam sabdanya yang bermaksud :


“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari ilmu yang tidak berfaedah, dari hati yang tidak kyusuk, dari amalan yang tidak di angkat, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim)


‘Umar al-Khattab pernah ditanya mengenai seseorang (munafiq yang alim) katanya : “Ya, lidahnya alim dan hatinya jahil!”


Dalam athar ada menyebut : ‘ilmu itu ada dua, satu ilmu pada lidah maka ia hujjah atas anak cucu adam, dan ilmu dalam hati, maka itu ialah ilmu yang bermanfaat.”


Sesungguhnya Allah telah memberi dua perumpamaan yang sangat buruk dalam al-Quran bagi orang yang tidak mengamalkan ilmunya :


“Perumpamaan orang2 yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya (beramal dgn isinya) adalah seperti keldai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (al-Jumu’ah : 5)


Dan firman-Nya lagi :


“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (al-A’raf : 175-176)


Oleh itu, kenalilah dan fahamilah tentang Islam dan beramallah dengannya sebelum engkau mengenali kaum muslimin. Kenalilah Islam itu bersandarkan sumber rujukan utamanya sebelum mengenalinya melalui orang yang mengaku islam yang berada disekeliling.


Maka, tingkahlaku yang lurus adalah buah pengetahuan yang benar terhadap Islam dan tingkahlaku berbeza dari setiap manusia. Tingkahlaku itu meningkat dan tidak terhenti di sisi satu darjat sebagaimana seorang penuntut meningkat dari Sekolah Rendah, Sekolah Menengah, Universiti hingga ke PHD.


Seorang Muslim adakalanya merasa cukup dalam perkara suruhan. Pada mulanya dengan hanya melakukan yang fardhu-fardhu, kemudian setelah itu berpindah kepada sunat-sunat dan sebahagian nawafil, kemudian Qiamullail dan Ibadah di waktu malam dan seterusnya. Begitu juga keadaannya pada sudut larangan. Mulanya dia meninggalkan perkara-perkara yang haram, kemudian yang syubhat, kemudian makruh kemudian yang harus hanya kerana takut menimbulkan dosa. Itulah keadaan orang yang bertaqwa.


Ketahuilah! “apabila azam itu benar nescaya jalan akan terang…”


c) Berdakwah kepada Islam


Sesungguhnya tidak cukup seseorang itu sekadar soleh pada dirinya, memperbaiki dirinya dalam masa yang sama membiarkan orang lain. Begitu pula halnya, tidak cukup sekadar beriman dan beramal soleh, bahkan mesti berpesan dengan kebenaran dan menerima pesanan dengannya. Hal ini berdasarkan apa yang difirmankan Allah dalam al-Quran yang bermaksud :


“Demi masa. (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,(2) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”(3) (al-‘Ashr : 1-3)


Oleh itu, seawajrnya kita menyiapkan diri dengan segala kelengkapan dalam menghadapi mad’u laksana medan perang berhadapan dengan musuh penuhi dengan strategi yang mampu menundukkan musuh untuk menerima perjuangan yang kita dokong. Ingat baik-baik pesan Luqman al-Hakim ketika menasihati anaknya yang Allah rakamkan di dalam al-Quran :


“Hai anakku, dirikanlah solat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman “ 17)


Kita seharusnya juga perlu menyedari bahawa jalan dakwah ini pasti ada halangan dan rintangannya. Namun semua itu seharusnya menjadikan kita lebih kuat dan bukan menjadi lemah. Cuba perhatikan adakah dakwah kebenaran yang tidak ditentang? Setiap dakwah pasti ada penentangnya dan mempunyai pembela. Demikianlah halnya yang berlaku kepada para nabi dan rasul serat umat yang terdahulu. Maksud firman Allah s.w.t. :


“Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, iaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, nescaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (al-An’am : 112)


Oleh itu dikatakan : “Sesungguhnya kewajipan generasi muda pada zaman ini ialah mempersiapkan dirinya untuk berdakwah kepada Allah.” Setelah itu akan lahirnya generasi yang akan diikat dengan kefahaman Islam yang sahih untuk bersama-sama berjuang menegakkan Islam yang murni.


d) Mengikat hubungan atas Islam


Sesungguhnya Islam tidak akan terserlah kebenaran dan keagungannya dalam bentuk perseorangan, bahkan amalan persendirian adalah tidak cukup. Ianya mesti dilaksanakan dalam bentuk jamaah dengan mengikat persaudaraan dan hubungan antara satu sama lain kerana Allah. Berkasih saying kerana Allah, saling menziarahi kerana Allah, berkumpul kerana Allah, berkorban kerana Allah, saling member pemahaman dalam masalah-maslah yang dikongsi bersama sekalipun berbeza jemaah. Maksud firman Allah s.w.t. :


“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang Telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (al-Anfal : 73)


Demikianlah empat perkara yang menjadi tanggungjawab para generasi muda pada hari ini yang perlu mereka sedari. Seharusnya mereka memeriksa diri, apakah telah menunaikan hak dan tanggungjawab ini. Kita inginkan satu daulah bagi Islam yang melindungi akidah, syariat, akhlak, kebudayaan, ikatan dan peraturan hidup.


Yakinlah! bahawa Islam pasti akan menang, cumanya jalan menuju kemenangan itu yang perlu ditelusuri dan bukan sekadar menunggu ianya dating bergolek. Jadilah sebahagian dari unsur yang membawa kepadanya (kemenangan) bukan hanya sekadar melihat bahkan bersembunyi dan hanya keluar bila Islam telah memperoleh apa yang dijanjikan Allah. Malulah kepada Allah dan orang-orang yang beriman.


Sedarilah! Bahawa engkau tidak akan mampu mengecapi kemanisan dan hakikat perjuangan yang di bawa oleh para nabi dan Rasul sehingga engkau melalui jalan sebagaimana yang telah mereka lalui. Oleh itu, hendaklah engkau mengambil pelajaran dari sejarah yang dekat dan jauh. Orang yang ingin Berjaya tidak akan Berjaya kecuali bila dia sanggup merintis jalan orang-orang yang telah berjaya.


Islam pernah Berjaya sebelum ini, dan hari ini juga mampu untuk mengulangi sejarah kejayaan tersebut. Semua ini akan mampu dikecapi dengan mengkaji serta merintis jalan-jalan yang telah dilalui oleh mereka suatu ketika dahulu.


wallahu a'lam...